3.1
Pengkajian
3.1.1
Identitas
·
Nama : tidak berpengaruh
·
Umur : kebanyakan
disemua umur (pada anak-anak juga bisa seperti pada kelainan jantung bawaan) (pada orang
dewasa juga bisa dilakukan dengan indikasi gagal jantung) tapi lebih sering
pada anak-anak
·
Jenis kelamin : kebanyakan terjadi pada laki-laki tapi tidak menutup
kemungkinan terjadi juga pada perempuan
3.1.2
Riwayat Kesehatan
·
Keluhan Utama
Biasanya
pasien-pasien yang akan dilaksanakan operasi bedah jantung kebanyakan datang
dengan keluhannya sesak nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, palpitasi dan
nafas cepat
·
Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak
nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, nafas cepat, palpitasi
·
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya pernah merasa
sesak dan nyeri pada dada tapi hilang dengan obat warung
·
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kelainan
jantung
3.1.3Pemeriksaan
Fisik
·
Kesadaran : Composmentis
·
Keadaan umun: biasanya dalam
keadaan lemas
·
TTV
-
Nadi :
90-110 x/menit
-
TD :
110/70-140/90 mmHg
-
RR :
24-27 x/menit
-
Suhu :
37,5-38.5 ̊ C
·
Kepala dan Leher
™ Rambut : Keriting, ada lesi,
distribusi merata.
™ Wajah : Normal, konjungtiva pucat
™ Hidung : Pernapasan cuping
hidung,Tidak ada polip
™ Mulut : Bersih
™ Leher : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
·
Thorax
·
Jantung
™ Inspeksi : tampak ictus cordis
™ Palpasi : ictus cordis kuat angkat
™ Perkusi : batas jantung melebar
™ Auskultasi : BJ 1 dan 2 melemah, BJ S3 dan S4, disritmia, gallop
·
Paru
™ Inspeksi : pengembangan paru
kanan-kiri simetris
™ Palpasi : ada otot bantu pernafasan
™ Perkusi : sonor
™ Auskultasi : weezing
·
Abdomen
™ Inspeksi : Bulat datar
™ Palpasi : tidak ada
nyeri tekan
™ Perkusi : -
™ Auskultasi : Bising usus (+)
·
Ekstremitas
™ Eks. Atas : Ada clubbing fingers, terdapat oedema
™ Eks. Bawah :Ada clubbing fingers, terdapat oedema
·
Sistem Integumen : kulit kering
dan turgor kulit juga jelek
·
Genetalia : bersih, normal, tidak ada penyakit
kelamin, tidak ada hemoroid
3.1.4
Pengkajian Fungsional Gordon
1.
Persepsi dan pemeliharaan
kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang
penting, jika ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan
kesehatan terdekat.
2.
Pola nutrisi dan metabolik
Makan : Tidak nafsu makan disebabkan dipsnea
Minum : minum air
putih tidak banyak sekitar 400-500cc
3.
Pola eliminasi
BAK : adanya retensi
urin / inkonteninsia urine
BAB : adanya
konstipasi
4.
Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa
melakukan aktivitas seperti biasanya karena
adanya sesak dan nafas pendek.
5.
Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa
istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri di dada
6.
Pola persepsi sensori dan
kognitif
Pasien sudah
mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
7.
Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan
dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya pasien malas untuk
keluar dan memilih untuk istirahat.
8.
Pola reproduksi / seksual
Pasien berjenis
kelamin laki –laki dan akibat penyakitnya pasien tidak bisa berhubungan seksual
.
9.
Pola persepsi diri dan konsep
diri
Pasien ingin cepat
sembuh dan tidak ingin mengalami
penyakit seperti ini lagi
10.
Pola mekanisme koping
Pasien apabila
merasakan tidak nyaman sekali dan memegangi dadanya.
11.
Pola nilai kepercayaan /
keyakinan
Pasien beragama
islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan cobaan dari Allah
SWT.
3.1.5 Contoh Analisa Data
no
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1
|
Ds : pasien
mengatakan cepat lelah saat beraktifitas dan nyeri pada dadanya.
Do :
-
TTV (TD : 120/80-140/90 mmHg, N : takikardi (lebih
dari 100x/menit), RR : takipnea (24-28x/menit), S : 37,50-38,50
C )
-
Bunyi Jantung S3 dan S4
|
Penurunan kontraktilitas miokard
|
Penurunan cardiac output
|
2
|
Ds: Pasien
mengatakan dapat beraktivitas seperti biasa dan tidak mudah lelah.
Do:
-
TTV (TD : 120/80-140/90 mmHg, N : takikardi
(lebih dari 100x/menit), RR : takipnea (24-28x/menit), S : 37,50-38,50
C )
|
ketidakseimbangan
antara suplai oksigen
|
Gangguan intoleransi aktivitas
|
3
|
Ds: pasien
mengatakan air kencingnya sedikit
Do:
- TTV (TD : 120/80-140/90 mmHg, N : takikardi (lebih dari
100x/menit), RR : takipnea (24-28x/menit), S : 37,50-38,50
C )
- Oedema pada kaki
|
menurunnya filtrasi glomelurus
|
Kelebihan volume cairan
|
3.1.6 Diagnosa Keperawatan
- Penurunan cardiac output b.d penurunan kontraktilitas miokard.
- Gangguan intoleransi aktifitas b.d adanya ketidakseimbangan antara suplay oksigen
- Kelebihan volume cairan b.d menurunnya filtrasi glomelurus
3.1.7 Proses Keperawatan
No
|
Diagnosa
|
Tujuan dan KH
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Penurunan cardiac output berhubungan
dengan penurunan kontraktilitas miokard.
|
Setelah dilakukan
proses keperawatan selama 1x24 jam diharapkan keseimbangan heart rate dan frekuensi jantung dapat terjaga dengan
KH :
K : pasien dan
keluarga pasien mengetahui apa yang menyebabkan dari menurunnya cardiac
output.
A : pasien dan
keluarga pasien bisa menunjukan bagaimana cara untuk menjaga cardiac output
tetap stabil.
P : pasien dan keluarga
pasien bisa mempertahankan cardiac output tetap stabil
P
: - TTV normal : (TD : 110/70-120/80
mmHg, Suhu: 36,5-37,50 C, RR: 16-24 x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt
-
Tidak ada bunyi jantung tambahan S3 (gallop) dan S4 (murmur)
-
keluaran urin adekuat
-
tidak ada edema
- Peralatan pemantau
hemodinamik memperlihatkan hasil normal ( tekanan vena central (CVP) normal
antara 2-8 mmHg atau 3-11 cm air, curah jantung normal antara 3-5L/menit,
tekanan kapiler pulmonal (PCWP) normal yaitu 6-12 mmHg, indeks jantung normal
2,5-3,5 L/mnt/mm2, tekanan vaskuler sistemik normal antara
600-1400 dynes/sec, rerata tekanan arteri normal 70-100mmHg)
|
1.
Observasi TTV
2.
Auskultasi bunyi jantung,
catat frekuensi, irama. Catat adaya denyut jantung ekstra, penurunan nadi.
3.
Observasi status mental,
catat perkembangan kekacauan, disorientasi.
4.
Catat warna kulit, adanya
kuwalitas pulse .
5.
Pantau status kardivaskuler
setiap jam sampai stabil melalui parameter hemodinamik
6.
Kolaborasi obat anti aritmia
|
1.
Mengetahui keadaan umum
pasien
2.
disritmia khusus lebih jelas
terdeteksi dengan pendengaran dari pada dengan palpasi. Pendenganaran
terhadap bunyi jantung ekstra atau penurunan nadi membantu mengidentifikasi
disritmia pada pasien tak terpantau
3.
Menurunnya perfusi otak dapat mengakibatkan perubahan observasi/
pengenalan dalam sensori.
4.
Sirkulasi periferal turun ketika Cardiac Output menurun,
membuat/menjadikan warna pucat/abu-abu bagi kulit (tergantung dari derajat
hipoksia) dan penurunan kekuatan dari denyut periferal.
5.
untuk mengevaluasi
efektifitas pengobatan, banyak parameter digunakan untuk mengevaluasi fungsi
kardiovaskuler
6.
Meringankan beban jantung
|
2
|
Gangguan intoleransi aktifitas berhubungan dengan adanya ketidakseimbangan antara suplay oksigen
|
Setelah dilakukan
proses keperawatan selama 1x24 jam pasien dapat melakukan aktivitas seperti
biasa dan tidak mudah lelah
dengan KH :
K : pasien dan
keluarga pasien mengetahui penyebab dari gangguan intoleransi aktivitas
A : pasien dan
keluarga pasien mampu menunjukan bagaimana cara mengatasi gangguan
intoleransi aktivitas
P : pasien dan keluarga
pasien mampu mengatasi gangguan intoleransi aktivitas
P
: - TTV normal : (TD : 110/70-120/80
mmHg, Suhu: 36,5-37,50 C, RR: 16-24 x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt
-
suara nafas vesikuler
-
mukosa dan dasar kuku berwarna merah muda
|
1.
Observasi TTV
2.
Catat respon kardiopulmonal
terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea, berkeringat, pucat.
3.
Observasi warna kulit,
membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku) atau sianosis
sentral.
4.
Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas.
5.
Anjurkan untuk menarik nafas
dalam, batuk efektif, berpindah posisi, memakai spirometer dan mematuhi
terapi nafas.
|
1.
Mengetahui keadaan umum
pasien
2.
Penurunan/ketidakmampuan
miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas, dengan
menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen,
juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
3.
Sianosis kuku menunjukkan
vasokontriksi respon tubuh terhadap demam/menggigil namun sianosis pada daun
telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia
sistemik.
4.
Dapat menunjukkan
peningkatkan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas.
5.
Membantu menjaga jalan nafas
tetap paten, mencegah atelectasis dan memungkinkan pengembangan paru.
|
3
|
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
menurunnya filtrasi glomelurus.
|
Setelah dilakukan
proses keperawatan selama 1x24 jam diharapkan keseimbangan cairan dalam tubuh
dapat tercapaidengan KH:
K : pasien dan
keluraga pasien mengetahui penyebab dari kelebihan volume cairan
A : pasien dan
keluarga pasien mampu menunjukan bagaimana cara menangani kelebihan volume
cairan
P : pasien dan keluarga pasien
mampu mengatasi kelebihan volume cairan
P
: - TTV normal : (TD : 110/70-120/80
mmHg, Suhu: 36,5-37,50 C, RR: 16-24 x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt
-
Gambaran adanya kestabilan volume
cairan dengan seimbangnya intake output.
- tidak ada edema.
|
1.
Observasi TTV.
2.
Observasi output urine, catat
jumlah dan warnanya
3.
Atur posisi semi fowler selama fase akut
4.
Periksa tubuh dari edema
dengan/tanpa pitting, catat adanya edema seluruh tubuh (anasarka)
5.
Palpasi adanya hepatomegali.
Catat keluhan nyeri pada kwadran atas bagian kanan
6.
Kolaborasi dengan tim
kesehatan dengan pemberian diuretic, thiazide dan pengganti potasium.
|
1.
Untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
2.
Output urine mungkin sangat sedikit dan pekat, karena menurunnya
perfusi jaringan
3.
Dengan posisi berbaring semi fowler meningkatkan filtrasi glomerulus
dan mengurangi produksi ADH sehingga menambah diuresis.
4.
Retensi cairan yang berlebihan dimanifestasikan dengan adanya edema.
Meningkatnya kongesti vaskuler yang akhirnya mengakibatkan edema jaringan
sistemik.
5.
Bertambah beratnya gagal jantung menambah kongesti vena ,
mengakibatkan distensi perut dan nyeri. Ini dapai merubah fungsi hati dan
merugikan metabolisme obat.
6.
Diuretic (Furosemic), Meningkatkan aliran urine dan menghalangi
reabsorsi dari sodium/klorida didalam tubulus ginjal. Thiazide
(Spironolactone), Meningkatnya diuresis tanpa kehilangan potassium yang
berlebihan.
|
3.2 Pengkajian Pasien yang telah
menjalani Operasi Jantung
3.2.1 Riwayat
Kesehatan
·
Keluhan Utama
Biasanya
pasien-pasien yang telah dilaksanakan operasi bedah jantung kebanyakan
keluhannya sesak nafas, nyeri dada, kelemahan, palpitasi dan nafas cepat
·
Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak
nafas, nyeri dada, kelemahan, nafas cepat, palpitasi
·
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah
menjalani bedah jantung
·
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kelainan
jantung hingga dilakukan pembedahan
3.2.2Pemeriksaan
Fisik
·
Kesadaran : Apatis
·
Keadaan umun: biasanya dalam
keadaan lemas
·
TTV
-
Nadi : 55-80 x/menit
-
TD : 90/65-120/85 mmHg
-
RR : 22-27 x/menit
-
Suhu : 37,5-38.5 ̊ C
·
Kepala dan Leher
™ Rambut : Keriting, ada lesi,
distribusi merata.
™ Wajah : Normal,
konjungtiva agak merah muda
™ Hidung : Tidak ada
polip
™ Mulut : Bersih
™ Leher : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
·
Thorax
·
Jantung
™ Inspeksi : terdapat bekas jahitan luka operasi
™ Palpasi : adanya nyeri tekan
™ Perkusi : -
™ Auskultasi : terdengar BJ 1 dan 2
·
Paru
™ Inspeksi : pengembangan paru
kanan-kiri simetris
™ Palpasi : tidak ada otot bantu pernafasan
™ Perkusi : -
™ Auskultasi : weezing
·
Abdomen
™ Inspeksi : Bulat datar
™ Palpasi : tidak ada
nyeri tekan
™ Perkusi : -
™ Auskultasi : Bising usus (+)
·
Ekstremitas
™ Eks. Atas : Ada clubbing fingers, terdapat oedema
™ Eks. Bawah :Ada clubbing fingers, terdapat oedema
·
Sistem Integumen : turgor kulit kembali
> 1 detik
·
Genetalia : bersih, normal, tidak ada penyakit
kelamin, tidak ada hemoroid, dan terpasang kateter
Ø Bila pasien telah dipindahkan ke unit perawatan kritis, 4-12 jam
sesudahnya, harus dilakukan pengkajian yang lengkap mengenai semua system untuk
menetukan status pascaoperasi pasien dibandingkan dengan garis dasar
perioperative dan mengetahui perubahan yang mungkin terjadi selama pembedahan.
Parameter yang dikaji adalah sebagai berikut :
1. Status neurologis :tingkat
responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya, refleks, gerakan
ekstremitas, dan kekuatan genggaman tangan.
2. Status Jantung :frekuensi dan irama
jantung, suara jantung, tekanan darah arteri, tekanan vena sentral (CVP),
tekanan arteri paru, tekanan baji arteri paru (PAWP = pulmonary artery wedge
pressure). tekanan atrium kiri (LAP), bentuk gelombang dan pipa tekanan darah
invasif, curah jantung atau indeks. tahanan pembuluh darah sistemik dan paru, saturasi
oksigen arteri paru bila ada, drainase rongga dada, dan status serta fungsi
pacemaker.
3. Status respirasi : gerakan dada,
suara napas, penentuan ventilator (frekuensi, volume tidal, konsentrasi
oksigen, mode [mis, SIMV], tekanan positif akhir ekspirasi [PEEP], kecepatan
napas, tekanan ventilator, saturasi oksigen anteri (SaO2), CO2 akhir
tidal, pipa drainase rongga dada, gas darah arteri.
4. Status pembuluh darah perifer :denyut
nadi perifer, warna kulit, dasar kuku, mukosa, bibir dan cuping telinga, suhu
kulit, edema, kondisi balutan dan pipa invasif.
5. Fungsi ginjal :haluaran urin, berat
jenis urin, dan osmolaritas.
6. Status cairan dan elektrolit asupan
: haluaran dan semua pipa drainase. semua parameter curah jantung, dan indikasi
ketidakseimbangan elektrolit berikut:
a. Hipokalemia :
intoksikasi digitalis, disritmia (gelombang U, AV blok, gelombang T yang datar
atau terbalik).
b. Hiperkalemia : konfusi
mental, tidak tenang, mual, kelemahan, parestesia eksremitas, disrirmia
(tinggi, gelombang T puncak, meningkatnya amplitudo, pelebaran kompleks QRS;
perpanjangan interval QT).
c. Hiponatremia : kelemahan,
kelelahan, kebingungan, kejang, koma.
d. Hipokalsemia parestesia, spasme
tangan dan kaki, kram otot, tetani.
e. Hiperkalsemia intoksikasi digitalis,
asistole.
7. Nyeri :sifat, jenis, lokasi, durasi,
(nyeri karena irisan harus dibedakan dengan nyeri angina), aprehensi, respons
terhadap analgetika.
Beberapa
pasien yang telah menjalani CABG dengan arteri mamaria interna akan mengalami
parestesis nervus ulnaris pada sisi yang sama dengan graft yang diambil.
Parestesia tersebut bisa sementara atau permanen. Pasien yang menjalani CABG
dengan arteri gastroepiploika juga akan mengalami ileus selama beberapa waktu
pascaoperatif dan akan mengalami nyeri abdomen pada tempat insisi selain nyeri
dada.
Pengkajian
juga mencakup observasi segala peralatan dan pipa untuk menentukan apakah
fungsinya baik: pipa endotrakheal, ventilator, monitor CO2 akhir
tidal, monitor SaO2, kateter arteri paru, monitor saturasi oksigen
arteri paru (SavO2), pipa arteri dan vena, alat infus intravena dan selang,
monitor jantung, pacemaker, pipa dada, dan sistem drainase urin.
3.2.3Contoh Analisa Data
No
|
Analisa data
|
Etiologi
|
Problem
|
1.
|
Ds: keluarga klien
mengatakan bahwa pasien mengalami keletihan, berdebar-debar, nafas pendek,
bingung
Do:
-
TTV (TD : 120/80-140/90 mmHg, N : takikardi
(lebih dari 100x/menit), RR : takipnea (24-28x/menit), S : 37,50-38,50
C )
-
Bunyi Jantung S3 dan S4
-
Keluaran urin anadekuat
-
Peralatan pemantau hemodinamik memperlihatkan
hasil tidak normal
-
Terdapat edema
|
Kehilangan darah dan
gangguan miokardium
|
Penurunan curah jantung
|
2.
|
Ds: keluarga klien
mengatakan bahwa pasien sesak, nafas pendek,
Do:
- TTV (TD : 120/80-140/90 mmHg, N : takikardi (lebih dari
100x/menit), RR : takipnea (24-28x/menit), S : 37,50-38,50
C )
- AGD tidak normal (PO2 : dibawah 80 mmHg, PCO2
: diatas 45 mmHg, HCOO-3 : dibawah 21 mmHg, PH : dibawah 7,35, SO2 : dibawah 90 mmHg)
- Suara nafas krekel
- Jalan nafas terganggu
- Dasar kuku dan membrane mukosa pucat
|
Trauma pembedahan dada
ekstensif
|
Gangguan pertukaran gas
|
3
|
Ds: keluarga klien mengatakan
bahwa pasien merasakan nyeri pada daerah dada
Do:
- Dahi pasien mengkerut, merintih dan melindungi
tempat rasa nyeri
- skala nyeri 5
- pasien memegang dada bagian atas
- menggosok lengan kiri
- TTV : TD:
120/80-140/90 mmHg, Nadi: 100-110 x/menit, RR: 20-24x /menit, Suhu : 370C-380C
- P : nyeri bertambah jika
digunakan bergerak dan berkurang bila digunakan istirahat
- Q : seperti
tertusuk
- R : didaerah
dada,
- S : 5,
- T : waktu bergerak
|
Trauma operasi
|
Nyeri
|
4.
|
Ds: keluarga klien
mengatakan bahwa pasien demam
Do:
- Suhu : 38,50C – 390C
- Adanya kemerahan
-Adanya bengkak
-Peningkatan rasa nyeri
|
Infeksi atau sindroma
pasca perikardiotomo
|
Hipertermi
|
3.2.4
Diagnosa Keperawatan
1.
Menurunnya curah jantung
berhubungan dengan kehilangan darah dan fungsi jantung yang terganggu.
2.
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan trauma akibat pembedahan dada ekstensi.
3.
Nyeri berhubungan dengan trauma
operasi.
4.
Terjadinya hipertermi
berhubungan dengan terjadinya infeksi atau sindrom pasca perikardiotomi.
3.2.5Proses
Keperawatan
No
|
Diagnosa
|
Tujuan dan KH
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Menurunnya curah jantung berhubungan
dengan kehilangan darah dan fungsi jantung yang terganggu.
|
Setelah dilakukan
proses keperawatan selama 2x24 jam diharapkan curah jantung pasien normaluntuk
menjaga gaya hidup yang diinginkan dengan KH :
K : pasien dan
keluarga pasien mengetahui apa yang menyebabkan dari menurunnya curah
jantung.
A : pasien dan
keluarga pasien bisa menunjukan bagaimana cara untuk menjaga curah jantung
tetap stabil.
P : pasien dan keluarga
pasien bisa mempertahankan curah jantung tetap stabil
P
: - TTV normal : (TD : 110/70-120/80
mmHg, Suhu: 36,5-37,50 C, RR: 16-24 x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt
-
Tidak ada bunyi jantung tambahan S3 (gallop) dan S4 (murmur)
-
keluaran urin adekuat
-
tidak ada edema
- Peralatan pemantau
hemodinamik memperlihatkan hasil normal ( tekanan vena central (CVP) normal
antara 2-8 mmHg atau 3-11 cm air, curah jantung normal antara 3-5L/menit,
tekanan kapiler pulmonal (PCWP) normal yaitu 6-12 mmHg, indeks jantung normal
2,5-3,5 L/mnt/mm2, tekanan vaskuler sistemik normal antara
600-1400 dynes/sec, rerata tekanan arteri normal 70-100mmHg)
|
1. Observasi TTV
2. Raba nadi (radial,
carotid, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitude
(penuh/kuat) dan simetris. Catat adanya pulsus alternan, nadi bigeminal, atau
deficit nadi.
3. Auskultasi bunyi
jantung, catat frekuensi, irama. Catat adaya denyut jantung ekstra, penurunan
nadi.
4. Pantau keluaran urin
5. Pantau status
kardivaskuler setiap jam sampai stabil melalui parameter hemodinamik
6. Kolaborasi obat anti
aritmia
|
1. Mengetahui keadaan
umum pasien
2. perbedaan frekuensi,
kesamaan dan keteraturan nadi menunjukkan efek gangguan curah jantung pada
sirkulasi sistemik/perifer.
3. disritmia khusus
lebih jelas terdeteksi dengan pendengaran dari pada dengan palpasi. Pendenganaran
terhadap bunyi jantung ekstra atau penurunan nadi membantu mengidentifikasi
disritmia pada pasien tak terpantau
4. untuk mengetahui
fungsi ginjal
5. untuk mengevaluasi
efektifitas pengobatan, banyak parameter digunakan untuk mengevaluasi fungsi kardiovaskuler
6. Meringankan beban
jantung
|
2
|
Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan trauma akibat pembedahan dada ekstensi.
|
Setelah dilakukan
proses keperawatan selama 1x24 jam pertukaran gas adekuat dengan KH :
K : pasien dan
keluarga pasien mengetahui penyebab dari gangguan pertukaran gas
A : pasien dan
keluarga pasien mampu menunjukan bagaimana cara mengatasi gangguan pertukaran
gas
P : pasien dan keluarga
pasien mampu mengatasi gangguan pertukaran gas
P
: - TTV normal : (TD : 110/70-120/80
mmHg, Suhu: 36,5-37,50 C, RR: 16-24 x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt
-AGD normal : (PO2 : 80-95 mmHg, PCO2 : 35-45 mmHg, HCOO-3
: 21-26 mmHg, PH : 7,35- 7,45, SO2 : 90-100 mmHg)
-
suara nafas vesikuler
-
jalan nafas tidak terganggu
-
mukosa dan dasar kuku berwarna merah muda
|
1. Observasi TTV
2. Pantau gas darah
volume tidal, tekanan inspirasi puncak, dan parameter ektubasi
3. Observasi warna
kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku) atau
sianosis sentral.
4. Auskultasi dada
terhadap suara nafas
5. Berikan fisioterapi
dadasesuai resep
6. Anjurkan untuk
menarik nafas dalam, batuk efektif, berpindah posisi, memakai spirometer dan
mematuhi terapi nafas.
|
1. Mengetahui keadaan
umum pasien
2. AGD dan volume tidal
menunjukan efektifitas ventilator dan perubahan yang harus dilakukan untuk
memperbaiki pertukaran gas
3. Sianosis kuku
menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap demam/menggigil namun
sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan
hipoksemia sistemik.
4. Krekel menunjukan
kongesti paru, penurunan atau hilangnya suara nafas menunjukan pneumothoraks
5. Membantu mencegah
retensi sekresi dan athelektasis
6. Membantu menjaga
jalan nafas tetap paten, mencegah atelectasis dan memungkinkan pengembangan
paru.
|
3
|
Nyeri berhubungan dengan trauma
operasi.
|
Setelah dilakukan
proses keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri pasien dapat berkurang
dengan KH:
K : pasien dan
keluraga pasien mengetahui penyebab dari nyerinya
A : pasien dan
keluarga pasien mampu menunjukan bagaimana cara menangani nyerinya
P : pasien dan keluarga
pasien mampu mengatasi nyerinya
P
: - TTV normal : (TD : 110/70-120/80
mmHg, Suhu: 36,5-37,50 C, RR: 16-24 x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt
‐
Skala nyeri normal (1-3)
‐
Wajah tidak meringai
kesakitan
|
1. Observasi TTV.
2. Tentukan riwayat
nyeri misalnya lokasi, frekuensi, durasi
3. Berikan tindakan
kenyamanan dasar (reposisi, gosok punggung) dan aktivitas hiburan
4. penggunaan
ketrampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan
imajinasi) musik, sentuhan terapeutik
5. kontrol Kolaborasi
: berikan analgesik sesuai indikasi misalnya Morfin metadon atau campuran
narkotik
|
1. Untuk mengetahui
keadaan umum pasien.
2. Untuk mengetahui
skala nyeri.
3. Meringankan nyeri dan
memberikan rasa nyaman.
4. Memberikan rasa
nyaman pada saat nyeri.
5. Untuk mempercepat
hilangnya nyeri dan untuk penghilang rasa nyeri.
|
4
|
Terjadinya hipertermi berhubungan
dengan terjadinya infeksi atau sindrom pascaperikardiotomi.
|
Setelah dilakukan
proses keperawatan selama x24 jam pasien dapat melakukan aktifitas seperti
biasa dengan KH :
K : pasien dan
keluarga pasien mengetahui penyebab hipertermi atau demam
A : pasien dan
keluarga pasien mampu menunjukan cara mengurangi demam
P : pasien dan keluarga
pasien mampu melakukan pengurangan demam
P
: - TTV normal : (TD : 110/70-120/80
mmHg, Suhu: 36,5-37,50 C, RR: 16-24 x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt
-
tidak ada bengkak
-
tidak ada kemerahan
-
tidak ada rasa nyeri
|
1.
Observasi TTV khususnya suhu
2.
Gunakan teknik steril saat
mengganti balutan
3.
Observasi adanya gejala
sindrom pasca perikardiotomi : demam, malese, efusi pericardium, nyeri sendi
4.
Ajarkan teknik kompres air
hangat untuk mengurangi demam
5.
Kolaborasi pemberian antiradang
sesuai resep
|
1.
Untuk mengetahui keadaan umum
pasien
2.
Menurunkan kemungkinan
terjadinya infeksi
3.
Terjadi pada 10% sampai 40%
pasien setelah bedah jantung
4.
Untuk mengurangi demam
5.
Untuk menghilangkan gejala
peradangan (mis : demam, bengkak, rasa penuh, kaku atau gatal, dan kelelahan)
|
3.3Contoh Implementasi
NO. DX
|
TGL/JAM
|
IMPLEMENTASI
|
RESPON
|
TTD
|
1,2,3,4
1
1,2
1,3,4
1
2
4
2,3,4
|
25-11-2012 08.00
09.00 wib
10.00 wib
11.00 wib
12.00 wib
13.00 wib
|
1. Mengobservasi TTV
2.Meraba nadi (radial, carotid, femoral, dorsalis pedis) catat
frekuensi, keteraturan, amplitude (penuh/kuat) dan simetris. Mencatat adanya
pulsus alternan, nadi bigeminal, atau deficit nadi.
3.Mengauskultasi bunyi jantung, dan suara nafas
4.Kolaborasi : memberikan obat anti aritmia, anti radang dan
anlgesik.
5.memantau
status kardivaskuler melalui parameter hemodinamik
6. Memantau gas
darah, volume tidal, tekanan inspirasi puncak, dan parameter ektubasi
7. Mengganti
balutan dengan teknik steril
8. mengajarkan
teknik relaksasi, kompres air hangat dan fisioterapi dada
|
1. DS : keluarga pasien mengatakan pasien agak
mendingan
DO : TTV normal
: (TD : 110/70-120/80 mmHg, Suhu:
36,5-37,50 C, RR: 16-24
x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt
2. DS : pasien
bisa diajak kerja sama
DO : frekuensi nadi seimbang, teratur, tidak ada defisit nadi
3. DS : pasien
bisa diajak kerja sama
DO : tidak ada bunyi jantung tambahan S3 (gallop) dan S4 (murmur)
- suara nafas vesikuler tidak ada krekel
4. DS : pasien mengatakan akan segera
minum obat
DO : pasien kooperatif
5. DS : pasien
sudah enakan
DO : Peralatan pemantau hemodinamik
memperlihatkan hasil normal ( tekanan vena central (CVP) normal antara 2-8
mmHg atau 3-11 cm air, curah jantung normal antara 3-5L/menit, tekanan
kapiler pulmonal (PCWP) normal yaitu 6-12 mmHg, indeks jantung normal 2,5-3,5
L/mnt/mm2, tekanan vaskuler sistemik normal antara 600-1400
dynes/sec, rerata tekanan arteri normal 70-100mmHg)
6. DS : pasien
sudah merasa enak
DO : AGD
normal : (PO2 : 80-95 mmHg, PCO2 : 35-45 mmHg, HCOO-3
: 21-26 mmHg, PH : 7,35- 7,45, SO2 : 90-100 mmHg)
7. DS : pasien
bisa diajak kerjasama
DO : tidak ada
tanda-tanda infeksi
8. DS : pasien
bisa menerima apa yang diajarkan
DO : skala nyeri
berkurang, demam menurun, tidak ada sesak dan krekel.
|
3.4 Evaluasi
NO. DX
|
TGL/JAM
|
EVALUASI
|
TTD
|
1
|
25-11-2012
|
S : -
O : TTV normal :
(TD : 110/70-120/80 mmHg, Suhu:
36,5-37,50 C, RR: 16-24
x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt, Peralatan pemantau hemodinamik
memperlihatkan hasil normal ( tekanan vena central (CVP) normal antara 2-8
mmHg atau 3-11 cm air, curah jantung normal antara 3-5L/menit, tekanan
kapiler pulmonal (PCWP) normal yaitu 6-12 mmHg, indeks jantung normal 2,5-3,5
L/mnt/mm2, tekanan vaskuler sistemik normal antara 600-1400
dynes/sec, rerata tekanan arteri normal 70-100mmHg)
tidak ada bunyi
jantung tambahan baik S3 maupun S4
A : masalah
teratasi
P : intervensi
dihentikan
|
|
2
|
25-11-2012
|
S : pasien
mengatakan tidak sesak nafas
O : TTV normal :
(TD : 110/70-120/80 mmHg, Suhu:
36,5-37,50 C, RR: 16-24
x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt,AGD
normal : (PO2 : 80-95 mmHg, PCO2 : 35-45 mmHg, HCOO-3
: 21-26 mmHg, PH : 7,35- 7,45, SO2 : 90-100 mmHg)
- suara nafas
vesikuler
- jalan nafas
tidak terganggu
- mukosa dan
dasar kuku berwarna merah muda
tidak ada
sianosis, tidak ada oedema, ekstremitas hangat
A : masalah
teratasi
P : intervensi
dihentikan
|
|
3
|
25-11-2012
|
S : pasien
mengatakan nyeri berkurang
O : TTV normal :
(TD : 110/70-120/80 mmHg, Suhu: 36,5-37,50
C, RR: 16-24 x/mnt, Nadi: 60-100
x/mnt
, skala nyeri
1-3
A : masalah
teratasi
P : intervensi
dihentikan
|
|
4
|
25-11-2012
|
S : pasien mengatakan demamnya berkurang
O : TTV normal :
(TD : 110/70-120/80 mmHg, Suhu:
36,5-37,50 C, RR: 16-24
x/mnt, Nadi: 60-100 x/mnt, tidak ada bengkak, tidak ada kemerahan,
tidak ada rasa nyeri
A : masalah
teratasi
P : intervensi
dihentikan
|